Ketua BWI Syukuran Milad 60 Tahun dengan Wakaf Buku

Surabaya – Menandai 60 tahun perjalanan hidupnya, Prof Mohammad Nuh menerbitkan buku biografi. Buku yang bertajuk ‘Menguatkan Mata Rantai Terlemah’ ini bercerita kisah tentang lika-liku kehidupannya. 

Mantan Menkominfo dan Mendikbud di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menuangkan kisahnya sejak bocah hingga mencapai puncak karier sebagai pembantu presiden. Selain itu, buku setebal 272 halaman ini juga bercerita tentang kiprahnya setelah ‘pensiun’ menjabat pejabat negara.

Rencananya, buku ini akan dilaunching pada Minggu (21/6/2019). Membaca buku ini, masyarakat akan menemui gambaran Mohammad Nuh kecil yang cukup beruntung, karena lahir di tengah keluarga dan lingkungan desa yang kondusif. 

Selain itu, Karakter Abah H. Muchammad Nabhani dan Emak Hj. Suadah sebagai orang tua pekerja keras dan teguh memegang prinsip hidup, juga memengaruhi watak Nuh saat dewasa. 
Abah menekankan pentingnya menjadi muslim yang taat, dengan mewasiatkan agar seluruh keturunannya jangan sampai meninggalkan salat malam dan gemar membaca selawat.

Sedang Emak mengajari sikap sosial yang mulia. Emak senantiasa berpesan, ‘dadi uwong iku kudu seneng tetulung nang uwong liya. Dadiya ahli tetulung (Jadi manusia hendaknya suka menolong orang lain. Jadilah ahli menolong)’.

Pesan Emak ini begitu membekas dan benar-benar dijalankan oleh Nuh, bahkan sikap itu mewarnai kebijakan-kebijakan yang dijalankan saat menjadi pimpinan, baik saat masih menjadi Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Rektor ITS, hingga sebagai Menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1 maupun jilid 2.

Dari sejumlah kebijakan yang diambil, ada benang merah yang mengarah kepada upaya menolong sesama. Beberapa kebijakan afirmatif Nuh menunjukkan keberpihakan dirinya kepada mereka yang miskin dan yang terkucil. Terkucil dari akses ekonomi maupun dari kemajuan teknologi. 

Selain buku ‘Menguatkan Mata Rantai Terlemah’, Nuh juga menulis dua buku lainnya. Buku bertajuk “Menjangkau yang Tidak Terjangkau, Percikan Pemikiran dan Kebijakan untuk Kemaslahatan” ini berisi gagasan hingga latar belakang beberapa kebijakan yang pernah diambilnya. Buku ini bisa menjadi inspirasi pejabat dalam membuat kebijakan. 

Sementara itu, buku lainnya yakni ‘Ushfuriyah untuk Zaman Kita’. Buku karya Syekh Muhammad ibn Abu Bakar ini diulas oleh Mohammad Nuh. Di dalamnya memuat 40 hadis dan cerita atau kisah para sahabat. Ulasan ini sebagai bentuk rasa syukur Nuh yang sempat mengaji kitab Ushfuriyah di waktu kecil. 
“Tiga buku masing-masing berjudul Usfuryah Zaman Kita, Menjangkau Yang Tidak Terjangkau dan yang ketiga adalah biografi M Nuh yakni Menguatkan Mata Rantai Terlemah. Untuk biografi ini, mungkin ada orang yang belum mengenal saya,” ujar Nuh saat konferensi pers di Surabaya, Jumat (21/6/2019).

Tak hanya itu, Buku Biografi dan Menjangkau yang Tidak Terjangkau rencananya seluruh perolehan akan diwakafkan melalui Badan Wakaf Indonesia (BWI), sementara untuk buku Ushfuriyah semua royalti dari penerbit juga akan diwakafkan. 

“Untuk cetakan pertama masing-masing seribu buah dan semuanya sudah terjual habis. Mungkin kalau ada yang pesan masih menunggu dicetak kembali dengan harga masing-masing buku sekitar Rp 100 ribu sampai dengan Rp 150 ribu,” imbuhnya.

Nuh berharap hadirnya buku ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. “Namun demikian, saya masih merasa defisit kebaikan atas apa yang sudah saya capai selama ini. Semoga dengan hadirnya buku ini bisa membawa dampak kebaikan bagi masyarakat,” harapnya.

Sumber: Tandai 60 Tahun Perjalanan Hidup, Prof M Nuh Luncurkan 3 Buku http://detik.id/6S7Neu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this:
search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close