Jumat 9 Oktober 2020 alias 9-10-20 akan menjadi hari bersejarah. Tentu tidak untuk sekarang. Melainkan untuk sepuluh dua puluh tahun kedepan. Juga bukan untuk sebuah kerajaan atau negara seperti yang selama ini selalu tertulis di bab-bab buku sejarah. Tapi untuk sebuah kota kecil yang namanya nyaris hilang: Caruban.
Disebut nyaris hilang karena ketika terjadi perpindahan ibukota kabupaten Madiun, nama yang disebut dalam dokumen negara adalah Mejayan. Sebuah kecamatan yang dulu merupakan baagian dari kawedanan Caruban. Masih ada kecamatan Wonoasri, Pilangkenceng, Saradan, dan Gemarang. Mejayan disebut karena letak kota caruban memang di kecamatan Mejayan. Alhamdulillah kemudian diperbaiki dengan tanda tangan Presiden. Nama Caruban kini telah kembali disebut dalam dokumen negara.
Nah, 9-10-20 itu adalah tanggal bersejarah bagi Caruban. Bagaimana bisa? Sumbernya tidak lain adalah dari optimisme beberapa alumni sekolah-sekolah di Caruban yang kini tersebar di berbagai daerah bahkan berbagai negara. Bahkan sangat optimis. Saya adalah salah satu dari mereka. Secara pribadi saya sangat optimis. Hari bersejarah, optimisme apa?

Tahun lalu kawan-kawan alumni aktivis Masjid Manarul Ilmi ITS yang masuk pada sebuah grup WA membuat sebuah keputusan menarik. Kumpul-kumpul online yang semula hanya diniati sebagai sarana bersilaturahim ditingkatkan fungsinya. Dari kumpul kumpul orang menjadi kumpul kumpul orang plus uang. Kumpul-kumpul aset untuk kepentingan sosial dan silaturahim.
Untuk itu dibutuhkan badan hukum. Agar bisa memiliki memiliki aset legal formal. Yang paling awal adalah rekening bank. Kemudian kepemilikan properti untuk disewakan. Kemudian saham di berbagai perusahaan untuk mendapatkan dividen.
Badan hukum non profit yang sangat populer adalah yayasan. Tetapi untuk kumpul-kumpul alumni, yayasan tidak tepat. Badan hukum yang ditatur dalam Undang-Undang no 28 tahun 20024 ini tidak ada keanggotaan. Adanya hanya pembina, pengawas dan pengurus. Pembina menjadi pemegang otoritas tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas. Pengurs yang menjalankan aktivitas organisasi. Pengawas yang mengawasi pengurus. Tidak ada anggota.
Maka setahun lalu alumni Manarul Ilmi mendirikan perkumpulan. Organ badan hukum non profit jenis ini adalah pengurus dan anggota. Pada badan hukum yang diatur dengan Staatsblad no 64 tahun 1870 rapat anggota menjadi otoritas tertinggi. Pengurus diangkat dan diberhentikan oleh rapat anggota.
Perkumpulan Alumni JMMI ITS. Itulah nama legal formal yang muncul di gadged saya setiap bulan mentranfer uang. JMMI adalah singkatan dari Jamaah Maasjid Manarul Ilmi. Ya, para alumni aktivis masjid kampus ITS itu tiap bulan mentransfer uang ke rekening perkumpulan. Nominalnya bebas.
Nah, dalam waktu setahun, uang yang terkumpul sudaah lebih dari Rp 100 juta. Uang itu kini disimpan sebagai deposito di sebuah bank syariah. Tiap bulan ada bagi hasil. Bagi hasil itulah digunakan untuk biaya sosial. Membantu anggota atau sisapa saja yang membutuhkannya. Manfaat terus mengalir tiap bulan tanpa mengurangi dana pokok.

Hari bersejarah, mengapa optimis? Optimisme itu datang dari kumpul-kumpul dana sosial yang sudah mentradisi. Selama ini para alumni sekolah-sekolah di Caruban sudah biasa menggaalang dana sosial untuk santunan mereka-mereka yang membutuhkan. Ada kawan alumni yang sakit. Atau bapak ibu guru yang membutuhkan. Atau putra-putri alumni yang butuh biaya pendidikan. Kebiasaan yang mulia.
Mulia. Tapi masih sporadis dan tidak akumulatif. Sporadis karena tiap angkatan tiap sekolah menggalang sendiri-sendiri. Belum ada upaya untuk mengumpulkannya menjadi satu.
Tidak akumulatif karena dana yang terkumpul langsung disalurkan. Berapa yang terkumpul berapa itu pulalah yang dibagikan. Jika seperti ini yang dilakukan terus, maka sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang kondisinya masih akan tetap sama. Terkumpul langsung habis.
Nah, jumat 9-10-20 itu adalah tonggak bersejarah bagi alumni sekolah-sekolah di Caruban. Tentu saja yang ada baru optimisme. Tetapi optimisme yang berbasis pada pengalaman dan sejarah kumpul-kumpul serupa.
Perkumpulan alumni Jamaah Masjid Manarul Ilmi telah melaksanakannya setahun ini. Memang masih kecil. Tetapi kawan-kawan sudah mulai mengarah untuk scale up. Pengurus akan bekerja lebih serius untuk menambah anggota. Sekarang hanya 145. Padahal potensinya dalam hitungan sederhana tidak kurang dari 30 ribu orang. Jamaah Masjid Manarul Ilmi sudah eksis sejak angkatan 1987 alias 33 tahun yang lalu. Jika angkatan 2015 saat ini semua sudah lulus, maka ada 28 angkatan. Jika satu angkatan ada 100 orang saja maka potensinya adalah 2800 orang. Jika masing masing iuran Rp 100 ribu saja tiap bulan, ada potensi Rp 3,36 miliar per tahun. Dalam 20 tahun akan terkumpul Rp 67 miliar. Itu adalah hitungan pesimistis dari potensi yang ada.

Jika tetap didepositokan di bank syariah saja, tiap bulan akan ada dana sosial sekitar Rp 335 juta untuk dana sosial. Return on Investment 6% per tahun. Padahal dengan nilai sebesar itu sebagian sudah layak untuk diinvestasikan pada saham berbagai perusahaan. Bagi hasilnya bisa terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan perushaan. Bisa berkali-kali lipat deposito.
Misalkan saja tahun 1999 ketika Alfamart berdiri ikut masuk sebagai pemegang saham, cukup Rp 10 untuk memegang satu lembar saham. Tahun terakhir laba per lembar saham adalah Rp 26,79. Return on investment nya adalah 267,9% per tahun. ROI tumbuh pesat seiring pesatnya pertumbuhan perusahaan. Bandingkan yang deposito yang hanya sekitar 6% per tahun tanpa pertumbuhan.
Pengalaman serupa yang lebih panjang dilakukan oleh Harvard University. Sejak tahun 1974. Mengumpulkan dana tanpa pernah menguranginya. Mereka menyebutnya endowment fund alias dana abadi. Laporan tahun lalu nilainya USD 40,9 miliar alias Rp 603 triliun kurs hari ini. Tahun lalu mendatangkan return alias bagi hasil investasi sebesar 6,5% alias Rp 37 triliun. Sebuah imbalan yang pantas untuk kerja akumulatif sepanjang 46 tahun.

Hari bersejarah, mengapa optimis? Sekolah di Caruban banyak sekali. Dari SD, SMP, SMA, SMK bahkan kini perguruan tinggi berupa akademi komunitas. Seangkatan saya saat lulus SMP misalnya ada sekitar 150 orang. Padahal ketika itu di wilayah caruban ada tidak kurang dari 10 SMP. Artinya akan ada tidak kurang dari 1500 orang. Sejak saya lulus dari SMP tahun 1987 sampai saat ini sudah ada 33 angkatan. Dikalikan 1500 orang jumlahnya adalah 49 500 orang. Katakan bisa menggalang 10 ribu orang saja yang tiap orang berkontribusi Rp 100 ribu untuk dana abadi. Tiap tahun terkumpul Rp 12 miliar. Jika dimulai sekarang, 46 tahun yang akan datang, seperti yang telah dilalui Harvard University, akan terkumpul Rp 552 miliar. Dengan deposito bank syariah saja, imbal hasil tiap bulan akan sekitar Rp 2,76 miliar. Apalagi jika sebagian dimasukkan sebagai saham di perusahaan yang tumbuh pesat seperti Alfamart itu.

Hari bersejarah, optimisme apa? Hari itu, 9-10-20, beberapa kawan alumni sekolah-sekolah di caruban lintas angkatan sedang menandatangani akta pendirian sebuah badan hukum bernama Perkumpulan Alkhirrijun Caruban Raya. Alkhirrijun adalah bahasa arab yang artinya alumni. Jadi terjemahannya adaah Perkumpulan Alumni Caruban Raya. Kata Raya ditambahkan supaya bisa menjangkau wilayah yang lebih luas. Yaitu alumni sekolah-sekolah di sekitar kota Caruban. Menjangkau alumni ratusan sekolah mulai SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Hari bersejarah, optimisme apa? Perkumpulan Alkhirrijun Caruban Raya sedang berproses legal formal untuk menjadi badan hukum resmi yang bisa memiliki aset. Awalnya berupa sebuah rekening bank. Tentu bank syariah sebagaimana komitmen syariah yang telah dinyatakan dalam anggaran dasarnya. Rekening ini adalah rekening dana abadi. Rekening yang hanya ada aliran masuk tanpa ada aliran keluar. Hanya ada kalkulator tambah tanpa kalkulator kurang. Penambahan berasal dari para anggota yang tiap bulan mentransfer uang sebagai iuran anggota. Iuran anggota pada badan hukum perkumpulan adalah sesuatu yang legal formal tanpa ada satupun regulasi yang dilanggar. Niatnya murni amal.
Dalam terminologi fikih, rekening seperti itu tidak lain adalah rekening wakaf. Akar katanya adalah Waqofa-yuqifu-waqfan yang artinya berhenti. Maksudnya, dana yang terkumpul tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan apapun. Kecuali diinvestasikan dengan cara aman-aman-aman-hasil. Aman menjadi penekanan utama. Hasil investasi yang diperoleh barulah digunakan untuk kepentingan dana sosial. Bentuknya berupa beasiswa pendidikan anak-anak yang tidak mampu, santunan sosial bagi alumni yang sakit, santunan bagi yang terkena musibah, atau dana sosial apapun.
Alumni Harvard melakukannya. Alumni Masjid Manarul Ilmi ITS juga. Alumni Caruban Raya idem. Maka, alumni-alumni yang lain juga berpotensi sama. Membangun amal jariyah sebenar-benarnya. Amal yang sekali dilakukan manfaatnya terus mengalir sampai kapanpun. Jamiatu khirrijul waqfi. Perkumpulan alumni untuk akumulasi dana wakaf. Wakaf Alkhirrijun. Anda alkhirrijun mana? Anda alumni mana? Sahabat di bangku sekolah….sahabat di surga…..bisa!
https://imansu.com/2020/11/06/wakaf-alkhirrijun-sahabat-sekolah-sahabat-surga/amp/
